Rabu, 25 Februari 2009

Senggulat Mbacang..

Senggulat Mbacang..
Itulah rencana karya kompisisiku untuk penyelesaian program pasca Sarjana Penciptaan karya Seni di Institut Seni Indonesia, Solo.

Rencana akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2009 di Taman budaya Sumatera Utara..

Bagi saudara yang baca ini, silakan datang saja ya... gratis koq. Akan dihadiri Professor seni .... dari berbagai perguruan tinggi seni di Indonesia..

Salam
Pulu..

Senin, 23 Februari 2009

Pengalaman Seminggu dengan Limbeng

Selama seminggu ini aku bersama sdr. Limbeng benar-bvenar cuapek.., karena kamana-mana jalan terus... Oh... aku ingin pulang..

Pulang.....
pulang....

Pulu

Tentang Diriku..

Terlahir dengan nama Pulumun Petrus Ginting S.Sn. yang lahir di Barusjahe, Sumatera Utara pada tanggal 11 Mei 1971. Meskipun sekarang aku lebih sering tinggal di Barus Jahe, namun alamat suratku adalah di Jl. Mesjid Syuhada No. 16 Psr VI Padang Bulan Medan 20131 INDONESIA. Ayahku Renceng Thomas Ginting (Alm) dan Ibuku Lelem Br Sembiring, dan Istriku Ely Br Sitepu, serta anak tunggalku Fillinlife Fransiskus Ginting merupakan bagian dari hidupku yang tidak dapat aku lupakan selain adikku Bob King Sydney
Ginting dan Kakakku Erlykasta br Ginting serta abang iparku Abri Barus dan ketiga keponakanku Agung Prima Barugu Barus, Evyona Lorenta Br Barus juga Cindy Claudia Br Barus.

PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Tiga Jumpa 1978 -1984
2. SMP Negeri Tiga Jumpa 1984 – 1987
3. SMM Negeri Medan 1987 – 1991
4. Universitas HKBP Nommensen 1991 – 1998
5. Samba-likhaan : The Asian School of Music, Worship and Arts. Attended
6. One Year of Studies, Quezon City – Metro Manila, Philippines 2001 – 2002
7. Pascasarjana ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta 2007 - 2009


PENGALAMAN BEKERJA


1. Tahun 1991 – 1998 Sebagai Guru tidak tetap di SMM (Sekolah Menengah Musik) Negeri
Medan

2. Tahun 1993 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Program Studi Musik Jurusan Sendratasik
FPBS IKIP dan FBS (UNIMED) Universitas Negeri Medan.

3. Tahun 1994 – 1997 Sebagai assisten Ben M. Pasaribu MA Mata Kuliah Perkusi Fak. Kesenian
Universitas HKBP Nommensen Medan.

4. Tahun 1997 – 2001 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan Musik,
Medan.

5. Tahun 1998 – 2001 Sebagai Sebagai Dosen tidak tetap di Fak. Kesenian Universitas HKBP
Nommensen Medan.

6. Tahun 1999 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Tahun 1999 – 2001 Mengajar Gitar Klasik Mudika dan Remaka di St. Fransiskus Medan.

8. Tahun 2001 – 2002 ARTIST-IN-RESIDENCE FOR MUSIC at the Samba-Likhaan : The
Asian School of Music, Worship and the Arts. Quezon City Metro Manila, PHILIPPINES.

9. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen di IPI (Institut Pastoral Indonesia) Filial Malang dan STP
(Sekolah Tinggi Pastoral) St. Bonaventura. Delitua Sumatera Utara.

10.Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.

11. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan
Musik, Medan.

12. Tahun 2002 – 2003 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Sendratasik FBS Universitas
Negeri Medan.

13. Tahun 2006 Mengajar Universitas Terbuka di Kabanjahe Sumatera Utara.14. Tahun 2003 –
Sekarang, Sebagai Dosen Tetap di UNIMED (Universitas Negeri Medan) MEDAN


KARYA SENI YANG DIPENTASKAN

1.

2. Transisiku dipentaskan dalam Gladi – Pementasan Komponis Musik Taman Budaya Sumatera Utara 18 Nopember 1995.
3. Gurupuh dipentaskan dalam Young Composer’s Concert PPIA(Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Amerika) 16 Maret 1996
4. Mulai dipentaskan dalam Lesehan 4 Synthesizer Taman Budaya Sumatera Utara 29 Oktober 1997.
5. Ergimbur dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
6. Nali enem sedalanen dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
7. Ajak-Mengajak dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
8. Gelisah dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
9. Rengget dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
10. Senggulat Mbacang dipentaskan dalam Teater Tutur Nusantara Taman Budaya Jambi, Oktober 2000.
11. Karo Dipentaskan dalam 2nd Riau Hitam Putih Internasional 2004 Pekanbaru, 22-25 Juli 2004.
12. Uis Mbiring Dipentaskan dalam Pagelaran Seni Tari & Seni Musik Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 15 Desember 2004.
13. Pasu-Pasu Dipentaskan dalam The 8th IMT-GT Varsity Carnival Universiti Sains Malaysia, PENANG 20-27 Agustus 2005.
14. Turang Dipentaskan dalam Special Peformance (TMII) Taman Mini Indonesia Indah 24 September 2005.
15. Ulih Latih Dipentaskan dalam Konser Paduan Suara Shalom GBKP Sei Batang Serangan Medan, 22 Oktober 2005.
16. Rukur Dipentaskan dalam New Musical Composition Taman Budaya Sumatera Utara, 29 Oktober 2005
17. Sura-Sura Dipentaskan dalam 4th Riau Hitam Putih Internasional Pekanbaru 20-22 Juli 2006
18. Rengget II Dipentaskan dalam Malam Budaya Indonesia SANA’A – YAMAN, 9 September 2006.
19. Simelungen Dalam Acara Indonesian Cultural Festival DOHA – QATAR 17 September 2006.
20. Perlajangen Dalam Acara Indonesian Cultural Night Darwin Entertainment Centra Northern Territory, AUSTRALIA, 25 November 2006
21. Rosari dipentaskan dalam Malacca Strait Jazz, Golden of Riau.Bandar Seni Raja Ali Haji Pekan Baru 29-30 Juni 2007.
22. Raleng Tendi Dipentaskan dalam BSF (Bengawan Solo Festival) di Balai Kota Surakarta Desember 2008.
23.


EVEN-EVEN KESENIAN YANG PERNAH DIIKUTI
1.
2. “Trend Music 92” Karya Ben M. Pasaribu, 1992 di Stadiun Teladan Medan dan Pesta Mejuah-Juah Berastagi.
3. “Pesta Danau Toba XII” Parapat 1992.
4. “Rambak” Kolaborasi Seni Tradisional 8 Etnis Sumatera Utara, Nopember 1997 di Taman Budaya Sumatera Utara Medan.
5. “Festival Budaya Nusantara” Suara-suara Milenium 12-19 Oktober 1999 di TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta.
6. Perbahan Mbacang Senggulat Forum Teater se Sumatera 24-28 Oktober 2000 di Taman Budaya Jambi
7. Summer Workshop on Liturgy and Music Samba-Likhaan Foundation : The Asian School of Music, worship and the Arts Quezon City, 21-26 Mei 2001 Philippines.
8. World Music Karya Ben M. Pasaribu, 2007 di Takengon & Banda Aceh.
9.

KEGIATAN ILMIAH

1.
2. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Juli 2005.
3. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Januari 2006.
4. Pemakalah dalam Kegiatan Seminar & Lokakarya Pengajaran Seni Tari & Seni Musik Bagi Guru-guru SMP/SMA se-Kota Medan TBSU (Taman Budaya Sumatera Utara) Medan 25 November 2005.
5. Pemakalah dalam acara Pelatihan Teknik Vokal dan Dirigen Mamre Klasis Medan-Delitua. Sola Gratia Durin Simbelang 22 April 2006.
6. Pemakalah pada Seminar dan Workshop Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Padang 6-7 Mei 2006.
7. Peserta pada Kegiatan Seminar/ Pergelaran Musik Gitar dan Paduan Suara. Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 26 September 1992
8. Peserta pada Pengajaran dan Pemanfaatan Musik Tradisi Dalam Konteks Kepentingan Akademis FS USU Medan, 26-27 April 1999
9. Peserta pada Penataran/Lokakarya Pengembangan budaya Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan Ajar. FS.USU Medan 14-19 Februari 2000.
10. Peserta pada Lokakarya Standar Mutu Lulusan dan kurikulum Berbasis Kompetensi. Universitas Negeri Medan, 15 Juni 2004.
11. Peserta pada Kegiatan Pembinaan Sanggar Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara. Medan, 6 Januari 2005.
12. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Pemantapan Penyusunan Pedoman Skripsi FBS Universitas Negeri Medan 13-15 Oktober 2005.
13. Peserta pada Pelatihan Task Force Universitas Negeri Medan 29-30 Nopember 2006.
14. Peserta pada Seminar Nasional Pendidikan Kesenian Universitas Negeri Medan 6-7 Desember 2005.
15. Peserta pada Kegiatan Seminar Karya Komposisi Musik Modern Universitas HKBP Nommensen Medan. 15 Juni 2006.
16. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Perkuliahan Bermutu Universitas Negeri Medan 28-29 Juli 2006.
17.


PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1.
2. Panitia pada Pesona Kampus 2005 : Senandung Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan, 29 September 2005.
3. Panitia pada Pembangunan Gereja St. Yohannes Don Bosco Sukajulu – Tigajumpa, Paroki Berastagi 2006.
4. Panitia pada Gebyar Senandung : Pahlawan Tanpa Jasa Universitas Negeri Medan, 2 Mei 2006.
5. Menjadi Juri pada (FKVG) Festival Koor dan Vokal Group tingkat SLTP/SMU-SMK se Kota Medan 11 April 2004.
6. Menjadi Juri pada Kontes Bintang Dangdut 2004. HDTI Medan 2 Juli 2004.
7. Menjadi Juri di berbagai Kompetisi/Pesta Paduan Suara dan Vokal Group yang diselenggarakan berbagai institusi yang ada di wilayah Sumatera Utara.
8. Beberapa kali menjadi pengawas SPMB di Medan.
9. Menjadi pelatih Paduan Suara dan Pelatih Musik Karo di berbagai instansi yang ada di wilayah Sumatera Utara.10.

Pelatihan Vokal

TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA

PULUMUN P. GINTING S.SN

STAF PENGAJAR DI JURUSAN SENDRATASIK PROGRAM STUDI SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIMED


DALAM ACARA

” PELATIHAN TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN”

MAMRE KLASIS MEDAN DELITUA

22 APRIL 2006

SOLA GRATIA DURIN SIMBELANG

TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA

Oleh

PULUMUN P. GINTING S.Sn.

Staf Pengajar di Jurusan Sendratasik Program Studi Seni Musik

Fakultas Bahasa dan Seni

UNIMED

1. PENDAHULUAN

Kesenian merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang diwariskan kepada kita. Kesenian-kesenian tersebut memiliki keaneka ragaman seperti seni rupa, seni lukis, seni tari, sampai pada seni tarik suara. Sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengembangkan seni baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga ditengah masyarakat yang berwawasan luas akan muncul karya-karya seni yang bernilai tinggi.

Salah satu kesenian yang sangat berkembang pada saat ini adalah seni tarik suara,seperti paduan suara. Paduan suara merupakan sekumpulan penyanyi yang mengungkapkan nyanyian-nyanyian secara bersama-sama. Seiring perkembangan jaman yang semakin modern, paduan suara pun bergerak cepat dan sering sekali diikutsertakan di dalam berbagai kegiatan, seperti acara wisuda, upacara perkawinan, upacara kematian, hari-hari besar agama, ibadah-ibadah umun, festival- festival, sampai pada pesta paduan suara gerejawi.

Tidak heran apabila dewasa ini semakin banyak bermunculan kelompok-kelompok paduan suara diberbagai kalangan, mulai dari paduan suara anak, remaja, pemuda-pemudi, hingga dewasa. Hal ini dapat kita saksikan sendiri lewat berbagai festival atau kegiatan lainnya. Namun setiap kelompok-kelompok paduan suara tersebut tidak terlepas dari adanya seorang pimpinan yang lazim disebut sebagai dirigen (conductor) yang memberi aba-aba pada setiap gerakan dalam kelompok paduan suara yang dipimpinnya. Sebab tanpa adanya seorang pemimpin, lebih besar kemungkinan nyanyian itu jadi berantakan.

Untuk itu, sebaiknya seorang dirigen harus dilengkapi dengan kemampuan bernyanyi, teori musik, ilmu harmoni, sejarah musik serta mampu menganalisis musik dengan baik, sehingga ia telah memiliki wawasan yang luas tentang musik. Hal ini yang membuat saya di undang untuk memberikan pelatihan ” Teknik Vokal dan Dirigen ” oleh Mamre klasis Medan- Deli Tua yang dilaksanakan pada 22 April 2006 yang di Sola Gratia Durin Simbelang.

Keberhasilan dan ketidak berhasilan kelompok paduan suara di dalam penampilannya, sangat ditentukan oleh kemampuan dirigen di dalam menguasai tugasnya sebagai pemimpin. Karena dibawah pimpinen dirigenlah kelompok paduan suara itu mampu mencapai maksud ataupun tujuan suatu karya musik.

2. VOKAL

A. Pengucapan

Musik yang dilakukan dengan suara manusia disebut vokal atau vokalia. Untuk dapat bernyanyi dengan baik harus menguasai pengucapan, pernapasan, sikap sewaktu bernyanyi, frasering dan pembawaan lagu ( interpestasi ). Penguasaan akan hal-hal tersebut hanya mungkin dengan latihan yang teratur dan diulang-ulang. Pengucapan atau lebih populer disebut diksi dan artikulasi adalah dua sokoguru untuk bernyanyi dengan baik. Syarat pokok untuk memperoleh hal itu, harus membuka mulut lebar-lebar. Rahang bawah diturunkan sejauh mungkin.

Pengucapan ” A ” mulut dibuka kira-kira selebar dua jari masing-masing dan lidah ditarik ke dalam.

Pengucapan ” E ” mulut dibuka lebih kecil dari pengucapan ” A ” dan dilebarkan kesamping.

Pengucapan ” I ” Bentuk mulut hampir sama dengan pengucapan ” E ”, hanya bibir lebih dirapatkan.

Pengucapan ” O ” Mulut dibuka lebar, kedua bibir membentuk bulatan dan lidah ditarik ke dalam.

Pengucapan ” U ” Mulut dibuka lebih kecil dari pengucapan ” O ”.

B. Pernapasan

Pernapasan yang biasa dilakukan manusia terdiri dari pernafasan aktif dan pernapasan pasif. Pernapasan aktif dilakukan dengan sengaja atau dilatih misalnya untuk bernyanyi dan berbicara. Pernafasan pasif dilakukan tanpa sadar. Misalnya sewaktu tidur dan istirahat. Ada dua cara untuk melatih pernapasan. Pertama, napas ditarik perlahan-lahan , lalu ditahan dan kemudian dikeluarkan dengan perlahan-lahan juga. Kedua, dengan mulut tertutup napas ditarik ( duhirup ) melalui hidung hingga terasa penuh. Kemudian dilepaskan lewat mulut secara perlahan-lahan seakan-akan menyebutkan huruf ”f” atau ”s”.

Dalam bagian ini kita akan bicarakan metode pernapasan. Dilihat dari penggunaan organ tubuh pernapasan aktif yang telah disebut diatas terdiri dari tiga jenis, yaitu pernapasan tulang selangka ( claviculair ), pernapasan dada ( casto abdominale ), dan pernapasan perut ( abdominale ).

Cara yang dipakai untuk bernyanyi adalah pernapasan dada, karena dapat melatih dan menahan napas lebih panjang dan lebar disamping lebih baik untuk kesehatan dan bentuk tubuh.

Pernapasan tulang selangka menggunakan iga-iga atas, sehingga tulang selangka ditarik keatas sedangkan tulang dada hanya dibagian bawah., karena rongga bagian atas saja bergerak menjadi lebar. Tenaga lebih banyak tetapi hasilnya hanya sedikit, sebab udara hanya sedikit akibatnya cepat lelah. Metode ini tidak baik untuk bernyanyi, akibatnya sangat buruk, suara menjadi serak dan dapat menimbilkan penyakit paru-paru.

Pernapasan perut, sekat rongga badan ditarik lalu melepas isi perut dan menekan kebawah, sedang lingkar perut mengembang kedepan. Kekuatan untuk menahan napas tidak ada, akibatnya udara hanya sedikit masuk ke dalam paru-paru.

3. EKSPRESI MUSIKAL

A. Tempo

Untuk mengukur tempo atau kecepatan lagu yang akan dinyanyikan digunakan sebuah metronom yaitu sebuah alat berbentuk piramid dengan penunjuk jarum yang dapat bergerak bolak-balik kekiri dan kekanan didepan sebuah skala. Pada jarumnya dipasang sebuah besi yang dapat digesar keatas atau kebawah. Jika digeser keatas, jarumnya akan bergerak lebih lambat dan jika digeser kebawah jarumnya akan bergeser lebih cepat.

Metronome Maelzel ( 1815 ) M.M adalah singkatan dari penemu alat tersebut. Pada permulaan lagu biasanya ditulis M.M = 100 atau dengan angka yang lain yang di dahului oleh M.M. Apabila metronom tidak ada, dapat juga kita hitung kecepatan sebuah lagu. Misalnya lagu Indonesia Raya dengan M.M.=104 atau tempo dimarcia, artinya dalam satu menit dinyanyikan 104 buah not seperempat atau 104 ketukan dalam satu menit.

B. Tanda Dinamik

Tanda dinamik menunjukkan keras lembutnya lagu dinyanyikan untuk mewujudkanwatak dan jiwa sebuah lagu atau musik. Pada hakekatnya hanya dua istilah pokok untuk tanda dinamik yaitu forte disingkat ” f ” yang berarti kuat dan piano yang disingkat ” p ” berarti lembut. Tingakat kekuatannya ditentukan oleh banyak huruf tersebut, dengan ketentuan bahwa singkatan tanda dinamik itu dituliskan dengan huruf kecil.

Jenis-jenis tanda dinamik yang lazim dipergunakan dalam paduan suara adalah :

1. mp : mezzo piano : agak lembut

2. p : piano : lembut

3. pp : pianissimo : sangat lembut

4. ppp : pianissisimo : selembut-lembutnya

5. mf : mezzo forte : agak kuat

6. f : forte : kuat

7. ff : fortissimo : sangat kuat

8. fff : fotissisimo : sekuat kuatnya

9. Cressendo : makin lama makin kuat

10. Decressendo : makin lama makin lembut.

4. DIREKSI KOOR

Direksi koor atau conducting artinya petunjuk atau cara bernyanyi bersama-sama. Direksi berasal dari kata ” direktion” (Inggris) artinya petunjuk atau cara, sedang koor artinya bernyanyi bersama-sama atau paduan suara. Untuk bernyanyi bersama-sama dalam jumlah besar memerlukan pimpinan untuk menyatukan derap lagu. Sebab tanpa pimpinan lebih besar kemungkinan nyanyian itu jadi berantakan. Pemimpin koor atau orkes disebut dirigen atau conductor.

A. Dirigen atau Conductor

Seorang dirigen atau conductor haruslah seorang yang rajin berlatih dan mencari pengalaman melalui praktek. Oleh karena tugas seorang dirigen sangat berat, ia harus memiliki syarat-syarat tertentu supaya tugasnya berhasil dengan baik. Seorang dirigen seharusnya memiliki ketahanan jasmani yang tangguh, memiliki sikap yang simpatik, memiliki sifat kepemimpinan, memiliki pengetahuan dan keterampilan muasik, memiliki daya imajinasi yang baik dan juga menguasai cara-cara latihan yang efektif.

Seorang dirigen adalah seniman interpretatif sekaligus sebagai seniman reproduktif atau seniman memproduksiksn kembali sebuah komposisi. Seorang seniman reproduktif (dirigen ) berada diantara seniman produktif ( komponis ) dan publik, sebab dialah yang memimpin segala aktifitas paduan suara itu untuk mencapai tujuan sang komponis dalam komposisinya.

Sikap dan setiap gerak seorang dirigen hendaknya terarah pada ekspresi musik. Gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi para penyanyi atau publik harus dihindari. Beberapa sikap yang harus dijalankan seorang dirigen adalah, bersikap relaks. Untuk itu salah satu kaki sedikit maju ke depan untuk menyeimbangkan seluruh badan. Bagian atas dari badan sebaiknya bersikap tenang, pandangan mata ke semua anggota, jangan memperlihatkan rasa malu atau takut, dan banyak hal-hal lain yang masih perlu diperhatikan.

B. Teknik Memberi Aba-aba

Sebelum sebuah lagu dinyanyikan di dalam paduan suara inilah saat yang harus penuh konsentrasi bagi seorang dirigen. Beberapa aba-aba dasar yang harus diketahui aleh seorang dirigen antara lain ialah, dirigen harus memusatkan perhatian terhadap paduan suara atau koor yang akan dipimpinnya. Dirigen juga hrus menguasaidan mampu mengungkapkan jiwa lagu yang akan disajikan dan dirigen harus mampu memeksa anggota koor untuk mememperhatikan dirinya, agar aba-aba sekecil apa pun dapat dimengerti oleh anggota koor.

Dirigen mempunyai otoritas penuh di dalam paduan seuara ataupun koor, kerena itu seorang dirigen harus mempunyai keinginan yang menarik, dirigen tidak boleh mengikuti keinginen anggota koor atau pemain, namun merekalah yang harus mengikuti apa yang dikehendaki dirigennya.

C. Gerakan Pendahuluan.

Beberapa tahap atau langkah yang harus dikuasai dirigen dalam gerakan pendahuluan yaitu, konsentrasi atau sikap siap, gerakan pendahuluan, dan sikap saat mulai atau insetting. Gerakan pendahuluan adalah lanjutan dari sikap siap atau konsentrasi, anggota paduan suara atao koor masih memerlukan penjelasan tentang tempo, dinamik dan ekspresi sebelum mulai bernyanyi. Untuk itu perlu dibedakan tiga macam gerakan pendahuluan, insetting pada ketukan berat ( aksen ), insetting pada ketukan ringan ( birama gantung ), dan insetting diantara dua ketukan.

D. Gerakan Penutup

Untuk mengahiri sebuah lagu konsentrasi seorang dirigen masih harus sama ketika lagu mulai dinyanyikan. Aba-aba berlangsung terus sampai nada terakhir selesai dinyanyikan. Sesudah ketukan yang terakhir selesai dinyanyikan gerakantangan yang lebih sempit dan sebaiknya dilakukan hanya dengan telapak tangan jari saja. Aba-aba dalam ekspresi musikal ini tidak mutlak menjadi panutan karena masih banyak-ha-hal yang lebih spesifik yang harus diketahui oleh seornag dirigen yang baik, namun jika hal tersebut diatas sudah dikuasai saya yang seorang dirigen akan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

5. KESIMPULAN

Untuk memulai tugas seorang dirigen sebenarnya sudah dilengkapi dengan kemampuan vokal, teori musik, sejarah musik, analisa musik, sehingga dia telah memiliki wawasan yang luas mengenai musik. Artinya dirigen tidak hanya tahu membirama, tetapi dia harus sudah mampu dan memiliki ilmu musik yang memadai yang menjadi modal utama dalam tugasnya sebagai dirigen. Dari keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dirigen adalah orang yang menjadi pimpinan kelompok musik vokal, instrumental, ataupun gabungan antara musik dan vokal dimana anggotanya terdiri dari banyak orang.

Seorang dirigen yang dikatakan ahli dalam musik maupun vokal akan dapat menterjemahkan karya musik seorang komponis untuk disajikan kepada pendengar. Tentunya ia harus mengetahui banyak persoalan dan seluk-beluk mengenai musik. Untuk mewujudkan apa yang dikehendaki seorang komponis melalui karyanya , dengan cara memproduksi musik itu menjadi kenyataan yang berarti. Di dalam paduan suara / koor ataupun orkestra untuk meyanyikan dan memainkan lagu atau musik sangat tergantung pada seorang pimpinan atau dirigen. Itulah sebabnya bahwa dirigen sering disebut seorang seniman yang reproduktif.