Rabu, 12 Agustus 2009

KOMPOSISI MUSIK SENGGULAT MBACANG

DESKRIPSI KARYA

SENGGULAT MBACANG









PULUMUN PETERUS GINTING
NIM. 278/S2/CS/07







PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI PENCIPTAAN SENI
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2009


SENGGULAT MBACANG





Karya seni untuk memperoleh derajat Magister Seni
Pada Program Magister Program Studi Penciptaan Seni
Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta







PULUMUN PETERUS GINTING
NIM. 278/S2/CS/07







PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI PENCIPTAAN SENI
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2009



ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan lindunganNya saya dapat menyelesaikan karya tugas akhir ”Senggulat Mbacang” pada Program Studi Penciptaan Seni Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ini mulai dari persiapan, proses hingga pelaksanaan ujian. Penyusunan karya dan penulisan ini bisa sampai tuntas, tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberi bantuan serta dukungan kepada penulis mulai dari pengumpulan data, persiapan sampai proses karya, penyelesaian hingga penyempurnaan karya ini.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada : Rektor Universitas Negeri Medan lewat Ketua Jurusan Sendratasik atas izin yang diberikan untuk melanjutkan studi pada Program Studi Penciptaan Seni Institut Seni Indonesia Surakarta; Rektor Institut Seni Indonesia lewat Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia yang telah menerima sebagai mahasiswa dan seluruh staf Program Pascasarjana yang telah melayani hal-hal yang terkait dengan dengan administrasi serta para dosen yang telah membimbing dalam menempuh seluruh mata kuliah dan ujian sehingga seluruh persyaratan dalam menyelesaikan studi ini dapat terpenuhi.
iii
Terimakasih yang sebesar-besarnya penyusun haturkan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ini hingga pelaksanaan ujian : Institut Seni Indonesia Surakarta sebagai lembaga yang mewadahi ; Prof. Dr. Selamat Suparno S.Kar, Ms Selaku Rektor, Prof. Dr. Sri Hastanto direktur Pascasarjana ISI Surakarta ; Prof. Dr. Rahayu Supanggah dan Prof. Dr. Rustopo.
Terimakasih secara khusus penyusun haturkan kepada Prof. Dr. Pande Made Sukerta, selaku guru besar sekaligus pembimbing atas segala bimbingan, segala pengertian, kebijaksanaan, dorongan semangat, dan pendidikan disiplin yang luar biasa.















iv



DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Karya 1
1.2 Pembicaraan Rujukan 3
1.3 Tujuan dan Manfaat 10

BAB II KEKARYAAN 12
2.1 Gagasan 12
2.2 Garapan 12
2.3 Bentuk Karya 14
2.4 Media 15
2.5 Deskripsi Sajian 15
2.6 Orisinalitas Karya Seni 18

BAB III PROSES PENCIPTAAN SENI 19
3.1 Observasi 19
3.2 Proses Berkarya 20
3.3 Hambatan dan Solusi 21

BAB IV PERGELARAN KARYA 22
4.1 Sinopsis 22
4.2 Deskripsi Lokasi 23
4.3 Penataan Pentas 23
4.4 Durasi Karya 24
4.5 Susunan Acara 24
4.6 Pendukung Karya 24

DAFTAR ACUAN 26
GLOSARIUM 27
LAMPIRAN 27
BIODATA 27



V

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Karya
Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis dan sub-etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Keabsahannya sebagai suku bangsa terbukti dalam mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh suku bangsa lain.
Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986), menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan, dan salah satu diantaranya adalah yang berhubungan dengan kesenian. Kesenian itu sendiri masih terdiri dari beberapa bagian seperti seni musik, sastra (cerita rakyat,pantun), tari, ukir (pahat).
Pada masyarakat Karo kebudayaan yang berhubungan dengan kesenian ini masih ada. Seni ini ada yang masih dipertahankan oleh mereka, terutama di wilayah yang masih homogen secara etnik dan budaya. Seni ini menjadi tradisi turun-temurun bagi mereka, namun di beberapa wilayah wilayah yang heterogen secara etnik, ada beberapa bagian dari kesenian ini yang hampir punah keberadaannya, bahkan ada yang hilang sama sekali. Hal ini disebababkan karena sudah mengalami perubahan-perubahan dalam cara berpikir dan dalam kehidupan sehari-harinya sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain.
Salah satu seni yang hampir hilang adalah turin-turin (cerita rakyat) Senggulat Mbacang. Padahal cerita tersebut sangat menarik dan unik, karena dalam penceritaannya banyak yang menyangkut dengan fenomena-fenomena kehidupan sehari-hari manusia khususnya masyarakat Karo. Cerita senggulat mbacang menceritakan tentang seorang putri Raja yang bernama Rudang Bulan mencintai seorang pengasuh kuda yang bernama Tare Iluh.
Ketika Rudang Bulan menanjak dewasa ayahnya menghadiahi seekor kuda dan sekali gus mempercayakan Tare Iluh untuk mengurus dan sekaligus mengajari putrinya untuk menungganginya. Dari situlah kemudian tumbuh rasa cinta diantara mereka.
Dulunya cerita senggulat mbacang sering diceritakan di jambur (balai desa),dan kedai kopi yang ada di desa-desa tanah Karo. Dalam penceritaannya lagu katoneng-katoneng yaitu lagu yang sering dinyanyikan secara spontanitas oleh beberapa yang bisa menyanyikannya sangat berperan, karena dari lagu tersebut bisa membawa kita ke alam yang sedih dan gembira.cerita yang sedang diceritakan.
Dengan melihat uraian diatas, penulis tertarik untuk menggarap dan menciptakan sebuah karya musik yang utuh sesuai dengan hal yang dijelaskan pada latar belakang masalah diatas dengan judul : SENGGULAT MBACANG.


1.2. Pembicaraan Rujukan
Karya ini lahir terinspirasi oleh sebuah cerita rakyat yang mengisahkan cinta seorang putri Raja kepada seorang pemuda yatim. Dari fenomena-fenomena yang tergali dalam cerita ini sehingga tercipta sebuah karya musik yang baru.
Kisah ini bermula ketika Raja Kepultaken menghadiahkan seekor kuda kepada putri kesayangannya, yaitu Rudang Bulan, karena putrinya dianggap sudah dewasa. Dengan senang hati Rudang Bulan menerima hadiah dari ayahnya. Sedangkan untuk mengurus kuda tersebut Raja mempercayakan seorang pemuda yatim yang bernama Tare Iluh sekaligus sebagai penjaga putri ketika berlatih.
Karena seringnya mereka bertemu, lama kelamaan tumbuhlah rasa cinta diantara keduanya. Meskipun pada saat itu keduanya belum mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.
Sementara dikerajaan lain, yaitu Kerajaan Kesunduten ( Kerajaan Barat ) Putra mahkotaa yang bernama Dat Cembung mendengar, bahwa di Kerajaan Kepultaken (Kerajaan Timur) terdapat Putri Cantik yang bernama Rudang Bulan. Maka Dat Cembung berniat mempersunting Rudang Bulan tersebut. Kedatangan Dat Cembung dan ayahnya Raja Kesunduten di Kerajaan Kepultaken disambut dengan baik oleh Raja Kepultaken, dan kedua Raja tersebut sepakat untuk menjodohkan Putra dan Putri Mereka. Terdengarlah sebuah janji yang diucapkan Ayahnya dan Raja Kesunduten untuk menjodohkan dirinya dengan Dat Cembung.
Pada suatu hari, Rudang bulan menemui Tare Iluh dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Rudang Bulan, begitu pula Tare Iluh mengucapkan hal yang sama. Mereka berjanji sehidup semati apapun yang terjadi. Segalanya dibagi bersama, dirasakan bersama, Rudang bulan meminta kepada Tare Iluh agar membawa dirinya lari dari kerajaan karena ayahnya akan menjodohkan dirinya dengan Dat Cembung, Putra mahkota Kerajaa Kusunduten.
Begitulah, dalam perjalanan melarikan diri dan ketika sudah lelah, mereka istirahat dibawah pohon mbacang yang rindang. Ketika Rudang Bulan tertidur karena letih dan lapar, Tare Iluh memakan seiris mangga yang jatuh didekatnya. Tare Iluh membuka baju, untuk membungkus sisa mangga yang sudah dia makan, dan sisanya dia akan berikan kepada kekasihnya nanti. Pada saat Tare Iluh tidur, Rudang Bulan melihat kulit mangga yang berserakan. Dia marah dan kecewa karena dia menyangka kekasih yang dibelanya mati-matian ternyata tidak bisa memegang janji. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali kekerajaan dan bersedia di persunting oleh Putra Mahkota Raja Kesunduten.
Sementara itu sepeninggal Rudang Bulan, Tare Iluh hidup mengembara sendirian dari desa ke desa selama bertahun-tahun, hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang pengembala kambing yang mahir bermain catur. Sejak saat itu pengembala kambing menjadikan Tare Iluh sebagai anak angkatnya. Disela-sela pekerjaanya menggembala, setiap hari mereka bermain catur hingga akhirnya Tare Iluh menjadi seorang pecatur yang handal di kawasan itu. Tare Iluh Mendengar kabar Raja kepultaken dan Raja Kesunduten telah meninggal. Sehingga kedua kerajaan digabung menjadi satu dan di Rajai oleh mahkota Kerajaan Kesunduten Dat Cembung yang berpermaisurikan anak dari Raja Kepultaken Rudang Bulan.
Suatu ketika Raja yang dikenal sebagai pecatur tiada tanding, menantang siapa saja yang berani bermain catur dengannya. Jika ada yang berhasil mengalahkannya dia rela menyerahkan sebahagian dari kerajaannya. Namun sebaliknya yang kalah harus menerima hukuman mati. Kabar itu akhirnya sampai ketelinga Tare Iluh. Berangkat lah Tare Iluh kekerajaan tempat pertandingan catur, sebelum keberangkatannya Tare Iluh meminta doa restu dari ayah angkatnya.
Syarat pertama yang harus dilakukan Tare Iluh adalah mengalahkan dulu semua pemain catur yang diundang dari segala penjuru Kerajaan. Setelah Tare Iluh mengalahkan semua pecatur-pecatur tersebut bertandinglah Tare Iluh dengan Raja Dat Cembung. Sebelum pertandingan dimulai, Raja berpikiran, tidak mungkin dalam pertandingan catur ini, dia dapat dikalahkan oleh pemuda yang dihadapannya. Apalagi penampilan pemuda tersebut seperti halnya rakyat jelata kebanyakan.
Tare Iluh meminta dengan rendah hati supaya permaisuri Raja dapat melihat dan duduk disebelah Raja untuk melihat pertandingan catur tersebut. Karena Raja menganggap itu hanya permintaan sebelum dia dibunuh, maka permintaannya dikabulkan, bahkan Raja memperbolehkan permaisurinya duduk diantara mereka ketika pertandingan berlangsung. Kehadiran Tare Iluh tidak dikenal oleh siapapun, termasuk Rudang Bulan sebagai permaisuri karena rambutnya telah panjang, tumbuh janggut dan cambang yang tak terurus.
Pertandingan berlangsung seru dan ditonton oleh siapa seluruh kerabat kerajaan termasuk rakyat. Pertandingan berlangsung selama tiga set. Selama pertandingan berlangsung Tare Iluh selalu menyanyi dengan syair-syair yang sedih tentang kisahnya dulu. Ketika sedang memikirkan langkah catur selanjutnya, Tare Iluh melanjutkan nyanyiannya yang mengenang nostalgia ketika mereka melarikan diri dari Kerajaan. Babaken aku kiam kaka, sab persada bapa atena aku ras anak Raja Kesunduten si la ateku ngena njanah la ateku jadi, bage kal nindu ndube impal ( bawa aku pergi dari kerajaan ini, karena aku tidak mencintai orang yang dijodohkan orang tuaku, putra dari Kerajaan Kesunduten , itulah yang engkau ucapkan dulu) sambil Tare Iluh melantunkan dengan irama ”katoneng-katoneng”[1]. Demikianlah Tare Iluh mengungkapkan isi hatinya yang sekian lama dia sudah memendamnya. Raja dan orang-orang yang hadir tidak peduli dengan syair nyanyiannya. Tapi Rudang Bulan, matanya berkaca-kaca menahan sesak didada. Sebuah pertanyaan terjawab.
Set pertama dimenangkan oleh Tare Iluh, yang kemudian dilanjut ke set kedua. Pada set yang kedua ini syair yang dinyanyikan oleh Tare Iluh, ”adi lit sada tersembelah kita nindu, njanah adi lit dua nonggal sada kita. Bage kal nindu ndube impal” ( jikalau ada satu, belahlah, berikan aku setengah dan jikalau dua berikan aku satu, itulah ucapanmu sebelum kita pergi), saat Raja memikirkan langkah caturnya pada set yang kedua, selanjutnya Tare Iluh bernyanyi lagi, ”adi pinget-ingetndu pe impal, sangana kam keke bas pedemendu nari, lanai ndube aku erbaju erkite-kiteken kubaluti sisa mbacang sienggo kupan senggulat, mbiar kal aku perkisen njanah rengiten, tapi senggulat mbacang kal kap erbahansa aku tading turang, senggulat mbacang kal erbahansa kita sirang impal ateku jadi, ateku keleng inget-ingetenku suari berngi” ( jikalau engkau ingat , ketika bangun dari tidurmu dan melihat kulit mbacanag yang berserakan di tanah, namun sisa dari mangga, telah aku bungkus dengan bajuku, karena aku kuatir sisa mangga akan habis dimakan semut dan nyamuk, tetapi karene seiris mbacang engkau tinggalkan aku, ingatlah dan ingatlah ketika itu aku sudah tidak memakai baju. Kukorbankan badanku tanpa penutup di hutan yang luas. Semua kulakukan karena aku sangat menyayangi dirimu).
Semua orang yang ikut menyaksikan pertandingan catur antara Tare Iluh dengan Raja, tidak mempedulikan dan bahkan tidak ada yang mendengar syair-syair yang ia nyanyikan, pikiran mereka hanya terfokus ke papan catur. Hanya Rudang Bulan yang tahu. Berjuta penyesalan terbayang diwajahnya, dan akhirnya dia paham siapa sebenarnya yang duduk didepannya. Iluhna maler ku pusuh (air matanya mengalir ke hati yang dalam), itulah yang dirasakannya.
Dipikiran orang-orang yang ikut menyaksikan menganggap Raja akan dikalahkan oleh Tare Iluh. Hal itu mereka dapat lihat dari langkah-langkah bidak catur yang sudah mereka lihat sebelumnya. Namun pada set yang ke dua, percaturan dimenangkan oleh Raja. Saatnya set ke tiga atau yang terakhir.
Ketika set ini berlangsung, Tare iluh melanjutkan lagi nyanyiannya, ”sada kal nge ngenca kupindoken man nini siarah lebeta, kesah ku e pe pagi kuasamken nini labo dalih, gelah lit dengakal pagi dalanna aku jumpa ras impalku siateku jadi ras inget-ingetenku suari berngi. Enda enggo kam kutatap impal emaka malemkal nge nggo ateku anum kepaten pe nirangken kita” sss ( aku selalu meminta kepada Leluhur, beri aku kesempatan sekali saja untuk melihat orang yang paling aku cintai, yang tak pernah kulupakan siang dan malam dan jika doaku terkabul aku rela mati. Doaku terkabul. Sekarang engkau duduk didepanku, hatiku puas dan puas, aku sudah melihatmu)
Betapa serunya set ketiga ini, karena set inilah yang menentukan siapa yang akan memenangkan percaturan. Raja tahu Tare Iluh akan mengalahkannya. Hal ini bisa dilihat dari permainan set yang ke dua. Namun, Tare Iluh sengaja mengalah kepada Raja. Semua orang yang ikut menyaksikan pertandingan ini mengira, bahwa Raja dapat dikalahkan, tapi sebaliknya Tare Iluh lah yang dikalahkan oleh Raja.
Dalam hati, semua orang bertanya mengapa ini bisa terjadi, padahal dia tahu apabila dia menang maka sebagian dari Kerajaan akan diberikan, tapi sebaliknya apabila dia kalah maka dia akan di pancung. Raja juga merasa bahwa Tare Iluh sengaja mengalah, karena sebenarnya Tare Iluh bisa mengalahkannya.
Akhirnya hukuman tetap harus dijatuhkan. Tare iluh siap menerima hukuman itu, tapi dia minta kepada Raja agar dia dibakar dalam sebuah lubang di dalam hutan. Raja mengabulkan. Sore itu mereka semua mengantar Tare Iluh ketempat yang diinginkannya yaitu dibawah sebuah pohon mbacang yang sudah semakin besar dan rindang. Tare iluh menunjukkan dimana persisnya lubang yang akan digali. Lubang yang digali persis ditempat mereka istirahat dengan Rudang Bulan ketika dirinya ditinggal. Malam tiba, Tare Iluh dimasukkan ke lubang yang sudah digali dan dipenuhi kayu kering dan disiram minyak, sebelum pembakaran Tare Iluh memanggil Raja dan berkata, ”Raja, mindo aku gelah kembrahenndu ngambekken obor e kubas lubangku” ( Raja, sekali lagi aku mohon, suruh permaisuri yang melemparkan obor kedalam lubangku). Raja mengabulkan.
Rudang Bulan memegang obor. Sebelum dia melemparkan obor dia minta pada semua yang ikut tak terkecuali Raja, untuk meninggalkan tempat itu, dan tidak boleh ada yang menoleh kebelakang sebelum api yang membakar lubang itu padam. Rudang bulan pun akhirnya menebus kesalahannya. Sampai dikerajaan Rudang Bulan tidak ada lagi diantara mereka. Dia menepati janjinya.

Rujukan sebagai sumber tertulis untuk penciptaan karya ini belum saya temukan, namun dapat saya katakan bahwa hasil nantinya sangat erat hubungannya dengan adat-istiadat pada masyarakat Karo. Sebagai salah satu seniman musik tradisi Karo saya sering bertanya dan belajar tentang budaya Karo terutama yang menyangkut musiknya. Rekaman audio ansembel Sarunai, Kulcapi, dalam lagu Simalungun rayat yang direkam oleh Jasa Tarigan, Tukang Ginting, dan beberapa seniman pada masyarakat karo menjadi salah satu sumber rujukan dalam penciptaan karya ini.
Dari rekaman audio tersebut saya akan menciptakan teknik baru dan melodi baru tanpa meninggalkan esensi tradisi Karo. Seniman Karo tidak akan menyadari hal ini apalagi masyarakat Karo sendiri. Sebagai misal saya pernah ketemu dengan seorang seniman Karo yang dianggap sudah senior, ketika saya menceritakan rencana tugas akhir saya, dia justru kaget mendengarnya. Katanya, kenapa kami tidak pernah menyadari hal itu dapat dilakukan.(wawancara dengan Sorensen Traigan, januari 2008)

1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan
Karya senggulat mbacang diciptakan untuk mencoba apakah cerita rakyat dapat dituangkan dalam bentuk karya musik, dengan menggunakan elemen-elemen tradisi yang ada di Sumatera utara khususnya Tanah Karo sendiri. Sejauh ini belum ada pencipta/komponis menciptakan komposisi musik yang terinspirasi dari cerita rakyat dituangkan sepenuhnya dalam karya komposisi musik yang baru, khususnya dari cerita masyarakat Karo. Disamping itu tentu saja meningkatkan wawasan, kemampuan dan keterampilan saya dalam menciptakan komposisi musik baru yang bertolak dari kesenian tradisi.

1.3.2. Manfaat
Akar penciptaan karya senggulat mbacang tidak terlepas dari tradisi Karo, tentunya komposisi ini akan memberikan kontribusi dan manfaat pada perkembangan penciptaan musik yang baru, dimana saya akan mengembangkan komposisi dengan idiom-idiom baru tanpa harus meninggalkan element tradisi, menambah khasanah komposisi musik baru di Indonesia khususnya Sumatera Utara, menjadi sarana apresiasi dalam kerangka perkembangan budaya, memberikan sebuah tawaran baru kepada komposer muda di Sumatera Utara dan sebagai dokumentasi dan salah satu usaha saya untuk perkembangan musik tradisi Karo. Karya ini juga bermanfaat untuk lebih memasyarakatkan hasil dari karya komposisi dan bisa diakui oleh masyarakat, khususnya masyarakat Karo dan seniman Sumatera Utara dan yang paling pokok adalah untuk memenuhi tugas akhir dalam meraih gelar kesarjanaan strata II Program Studi Penciptaan Seni ISI Surakarta.



BAB II

KEKARYAAN


2.1. Gagasan Isi

Senggulat Mbacang, mengisahkan tentang tragedi cinta seorang putri Raja dari Kerajaan Kepultaken (Kerajaan Timur) yang bernama Rudang Bulan dengan seorang pemuda yatim, pengasuh kuda yang bernama, Tare Iluh. Cerita ini mengisahkan tentang tragedi cinta.
Ketertarikan masyarakat Karo secara mendengar cerita ini, sehingga penggarap berniat untuk menuangkan cerita tersebut ke dalam sebuah penggarapan musik yang utuh. Penggarap berusaha menginterpretasikan unsur-unsur kejadian dalam cerita, baik dari fenomena sosial, peran moral, kultural, jiwa, isu dan sebagainya. Dari fenomena ini penyusun menemukan beberapa unsur yaitu kesetiaan, perbedaan budaya, strategi, dan identitas.
Gagasan penciptaan musik Senggulat Mbacang ini, diciptakan sesuai dengan kreativitas penggarap. Dalam hal ini penggarap banyak dapat bimbingan dari Profesor yang membimbing penggarap.

2.2. Garapan
Musik tradisi Karo secara umum mempunyai tiga jenis lagu yaitu simalungun rayat, odak-odak, dan patam-patam. Ketiga jenis ini mempunyai pola ritmis yang berbeda- beda. Misalnya dalam tempo, lagu simalungun rayat bertempo lambat MM=60-65, odak-odak bertempo sedang MM=93-97, patam-patam bertempo cepat MM=100-105.
Dari masing-masing lagu diatas terbagi lagi kedalam empat sampai enam jenis ritmis yang berbeda. Misalnya lagu simalungun rayat yang bertempo lambat mempunyai enam pola ritmis yang berbeda. Sedangkan dua jenis lagu yang lain mempunyai empat pola ritmis yang berbeda.
Dalam menggarap komposisi senggulat mbacang saya lebih dominan untuk mengolah pola ritmis simalungun rayat, karena menurut saya pola ritmis inilah yang paling komplek untuk dikembangkan dalam sebuah garapan. Sedangkan untuk variasi, saya mengolah juga dari dua jenis lagu lainnya.
Dari keempat jenis pola ritmis ini, akan diciptakan sebuah melodi dengan modus yang terdapat pada musik tradisi Karo. Melodi inilah yang nantinya akan dikembangkan dalam satu bagian komposisi. Perkembangan dari melodi ini akan tercipta sebuah lagu, dan saya akan mencoba bereksperimen menyanyikannya dengan gaya vokal klasik barat, yang diiringi oleh alat-alat musik tradisi.
Dalam cerita senggulat mbacang ada beberapa fenomena yang penting diketahui oleh masyarakat Karo. Berangkat dari fenomena diatas saya menangkap ada berbagai peristiwa yang terjadi, jika hanya dituangkan dalam komposisi musik apresiasi audiens tidak akan sampai pada apa yang diharapkan. Oleh karena itu saya akan memanfaatkan gerak, yang bersifat teatrikal.
Penggarapan karya komposisi musik ini tidak lepas dari latar belakang terutama pengalaman penyusun dalam menggeluti musik barat dan musik tradisi nusantara. Potensi instrumen yang fleksibel, mampu memberikan berbagai laras dan sistem nada yang bersifat tonal maupun atonal turut serta melatarbelakangi penyusun dalam penyusunan karya ini.
Eksplorasi bunyi dari beberapa macam etnik musik di Sumatera Utara yang tersaji dalam karya ini akan digarap dengan tetap mempertimbangkan estetik bunyinya. Selain vokal penggarapan komposisi mempunyai instrumen antara lain adalah:
- Jenis perkusi yang cenderung digunakan instrumen dari suku yang ada di Sumatera Utara
- Jenis gesek seperti biola dan cello
- Jenis petik seperti Kulcapi dan Hasapi
- Jenis tiup sepert sarunei, suling dan flute
Masing-masing instrumen dan vokal yang penyusun tentukan, diolah untuk menyuguhkan percampuran permainan instrumen dan vokal dalam berbagai macam laras. Instrumen dan vukal diperlakukan sangat terkait dengan esensi musik pada masyarakat Karo.




2.3. Bentuk Karya
Bentuk karya ini adalah penciptaan baru, namun terinsfirasi dari cerita rakyat. Walaupun dalam cerita rakyat tersebut tidak diiringi oleh unsur musikal namun cerita tersebut dapat mmberikan inspirasi pada penggarap untuk mevisualisasikan dalam garapan komposisi musik yang utuh. Supaya cerita rakyat tersebut dapat dipahami secara total maka bentuk karya inipun disesuaikan dengan berbagai unsur seni yang dominan seperti menggunakan instumen, vokal, gerak yang bersifat teatrikal.
Dalam komposisi musik Senggulat Mbacang ini, masing-masing bagian karya memiliki metode kompositoris yang berbeda. Karya-karya tersebut pada dasarnya bersumber dari penggarapan ritmis, yang pada perkembanga perwujudan karyanya menjadi sebuah jalinan garap vokal maupun instrumental.

2.4. Media
Untuk mengaktualisasikan gagasan isi dalam keseluruhan karya ini, penyusun menggunakan media instrumen dan vokal yang antara lain adalah dua gordang sembilan, empat taganing, dua gendang Karo, keteng-keteng, sarune, sulim, flute, biola, cello, gendang dua, dol, gong, penganak. Alasan penyusun memilih instrumn-instrumen tersebut adalah untuk mengunkapkan semua hal-hal yang terdapat dalam gagasanisi.

2.5. Deskripsi Sajian
Karya seni berjudul Senggulat Mbacang, sebuah penciptaan karya musik dari cerita rakyat Karo. Komposisi ini akan saya bagi menjadi empat bagian yang besar. Setiap bagian berdurasi limabelas menit sehingga dari keseluruhan komposisi berdurasi enam puluh menit. Secara garis besar saya menemukan empat fenomena yang terdapat dalam cerita, yang menjadi landasan saya untuk membagi komposisi ini menjadi empat bagian. Di setiap bagian akan ada sub-sub bagian, namun sub bagian ini masih dalam kerangka bagian yang besar.
Bagian pertama, akan menceritakan Rudang Bulan bergembira dan senang ketika ayahnya menghadiahi seekor kuda, hingga pelariannya ke hutan dengan pemuda yang dipercayakan ayahnya untuk mungurus kuda yang dihadiahkannya untuk putrinya. Banyak hal yang terjadi dalam bagian ini. Direncanakan pada bagian ini semua pendukung komposisi ikut berperan serta untuk memainkan part nya masing-masing. Sarunai, kulcapi akan berperan membawa melodi yang sebelumnya telah digarap dan diikuti salah satu pola ritmis yang baru oleh pendukung lainnya dengan teriak kemeriahan. Semua pendukung akan berjalan dari belakang penonton menuju stage yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh SM (stege manager).
Bagian kedua adalah , bagaimana Tare Iluh yang ditinggalkan Rudang Bulan ditengah hutan hingga mereka bertemu kembali pada saat pertandingan catur setelah berpuluh tahun. Kedua perasaan yang berbeda pada diri mereka akan dituangkan dalam bentuk komposisi musik. Alat musik yang digunakan di bagian ini direncanakan penggabungan beberapa alat musik tradisi yang ada di Sumatera Utara, namun akan dikemas sehingga element musik Tradisi Karo tidak tertinggalakan. Disamping musik yang bernuansa sedih ada bernuansa gembira. Dalam bagian ini yang lebih menonjol adalah ritmis-ritmis yang sudah diciptakan sebelumnya.
Bagian ketiga, menceritakan tentang hal-hal yang terjadi ketika pertandingan catur Raja dengan Tare Iluh sampai dengan hasil pemenang dari pertandingan.. Element-elemen musik tradisi sangat dominan pada saat ini. Surdam salah satu instrumen tradisi pada masyarakat karo akan berperan sebagai pembawa melodi. Gesekan biola dan tiupan brass akan menjadi stimulus untuk mendukung alat-alat musik tradisi yang akan dimainkan. Fenomena kultural sangat terasa dimana, banyak hal-hal budaya yang terkandung didalamnya. Pada bagian inilah nantinya akan dimainkan pola ritmis-pola ritmis yang ada pada masyarakat Karo yang sudah dimelodikan menjadi sebuah lagu. Pemilihan alat musik yang akan memainkan melodi ini akan dilakukan secara selektif, sesuai dengan apa yang terjadi dalam aplikasi nantinya. Masih banyak hal yang belum dapat saya tuangkan ke dalam tulisan ini. Harapan saya bagian ini yang akan menjadi klimaks dalam komposisi senggulat mbacang.
Bagian keempat, kekalahan Tare Iluh dalam pertandingan catur sampai pilihan hukuman terhadap dirinya. Semua pemain musik akan mengambil bagian dalam komposisi. Sistem canon akan dilakukan oleh beberapa instrumen. Sekwen juga mengambil peran penting, dimana ada sebenarnya ketidak adilan yang terasa. Siapa, mengapa dan bagaimana, justru yang timbul pertanyaan dalam bagian ini. Pertanyaan akan terjawab setelah menyaksikannya.
Penotasian dari keseluruhan sajian sedang dalam proses.

2.6. Orisinalitas Karya Seni
Karya musik Senggulat Mbacang ini merupakan gubahan dari penyusun, yang ide serta konsep musikalnya berasal dari memori musikal yang pernah didengar maupun dipelajari. Secara gendre musikalitasnya, karya tersebut mkemang terkesan familiar dan sudah pernah ada, namun secara garapnya merupakan hasil gubahan penyusun.
Karya ini merupakan sebuah penemuan baru jika ditinjau dari sistem kerja dan cara penyajiannya. Pada dasarnya sistem kerja dan alat yang digunakan tidak sesuai dengan fungsi sebenarnya, dan juga merupakan hasil dari imajinasi penyusun dalam mengamati dan mendengarkan bunyi yang bercerita tentang cerita rakyat.
Jika ditinjau dari suara yang dihasilkan dari instrumennya, merupakan sebuah penemuan penyusun dalam meramu instrumen yang menghasilkan komposisi musik baru. Sebuah kebaruab dan memerlukan kejelian yang tinggi dalam mentransfer sebuah fenomena bunyi kedalam garap musikal.
Senggulat Mbacang adalah sebuah sebuah cerita rakyat pada masyarakat Karo, yang penyusun coba tuangkan dalam bentuk karya musik yang utuh, merupakan hasil gubahan penyusun dari elemen-elemen musikal yang sudah ada yaitu pola-pola ritmik yang ada pada musik Karo diolah dan dikembangkan menjadi sebuah komposisi musik.

BAB III
PROSES PENCIPTAAN KARYA

3.1. Observasi
Dalam melaksanakan observasi, sebagian telah berlangsung selama hidup. Semenjak lahir hidup dalam lingkungan tradisi Karo sehingga telah menjadi darah daging sebagian besar darihasil penggarapan ini.
Pendidikan pasca sarjana merupakan alat yang sangat penting untuk menghasilkan karya ini dengan cara mengklasifikasi bagian-bagian dari pengalaman-pengalaman kesenian sehingga terorganisir secara sistematis. Hal ini dapat dilihat sebagi contoh bahwa penggarap telah mendengar dan mengetahui sehingga merasakan nikmat terhadap cerita senggulat mbacang pada masa kanak-kanak. Demikian juga dapat memainkan berbagai instrumen sejak sekolah lanjutan.
Hal ini dapat berlangsung karena kecintaan penggarap terhadap kesenian tradisi Karo pada umumnya walaupun secara akademis lebih mengutamakan musik barat. Dalam proses penciptaan tugas akhir yang bertemakan cerita rakyat Senggulat Mbacang penyusun melakukan observasi secara musikal maupun non musikal. Segala sesuatu yang berhubungan dengan cerita menjadi target utama observasinya.
3.2. Proses Penciptaan Karya
Proses penciptaan musik Senggulat Mbacang berawal dari hasil pengamatan penyusun dalam meresapi dan nilai-nilai yang ingin disampaikan dari cerita . Kekaguman penyusun atas filosofi dalam cerita sangat bermakna bagi masyarakat pendukunganya.
Dari kertertarikan berlanjut dengan pegamatan terhadap anatomi cerita Sengulat Mbacang, penyusun terinpirasi menghasilkan karya dialogis dengan sistem stimulus respon sebagai karakter komunikasi musikal. Dalam perosesnya,penyusun berushan mengekplor segala kemampuan mengolah instrumen dan pokal demi meraih pencapaian kemampuan intrumen tradisi dan kepenuhan jiwa yang tertuang dalam karya-karya yang dapat dipertanggung jawabkan.
Adapun lagkah kerja kekaryaan ini secara sederhana dilakukan dengan menyusun kegiatan sebagai berikut :
Melakukan pengamatan terhadap materi kesenian tradisi Karo secara menyeluruh untuk menggarap karya yang akan dipertunjukkan sebagai bahan karya akhir.
Melakukan pendekatan dari bunyi intrumen diluar tradisi Karo mengandung subtansi tradisi musik Karo.
mengekplorasi dengan menelusuri dan mengolah bahan intrumen dan nuansa bunyi untuk kepentingan dalam bagian karya ini nantinya.
Pada tahap berikutnya persiapan untuk latihan gabungan dari seluruh materi yang telah siap dalam karya ini.
Hasil no.4 dikirim ke pembimbing Prof.DR.Pande Made Sukerta untuk mendapatkan bimbingan dan pentunjuk demi kesempurnaan karya.



3.3. Hambatan dan Solusi
Selama menjalankan proses tugas akhir ini, penyusun tidak mengalami hambatan secara ide, karena telah dipersiapkan secara matang konsep kekaryaan ketika perkuliahan di pps ISI Surakarta.
Ketika proses awal latihan berlangsung ada beberapa kendala yang dialami oleh penyusun seperti mengumpulkan seluruh pendukung acara sebanyak 33 orang. Mempertemukan pendukung sebanyak ini tidak terlalu mudah karena masing-masing pendukung mempunyai pekerjaan lain disamping mereka sebagai mahasiswa. Diantara pendukung kebanyakan yang sudah bekerja di lembaga-lembaga seni yang ada di Sumatera utara.



BAB IV
PERGELARAN KARYA

4.1. Sinopsis
Mitos tidak lain adalah turi-turin (dongeng), merupakan sebuah cerita yang lahir dari hasil imajinasi manusia, dari khalayan manusia, walaupun unsur-unsur khalayan tersebut berasal dari pada yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam mitos inilah khayalan manusia memperoleh kebebasannya yang mutlak, karena disitu tidak ada larangan bagi manusia untuk menciptakan mitos apa saja. Di situ bisa ditemukan hal-hal yang tak masuk akal, yang tidak mungkin kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kita biasa mendengar mitos atau dongeng kancil yang berhasil menipu buaya, pawang ternalem, kuda si tajur, perlanja sira dan sebagainya, yang semua itu tidak pernah kita temukan dalam kenyataan.
Karena mitos adalah produk imajinasi manusia tentu saja tidak asal dibuat. Mitos yang disampaikan melalui bahasa mengandung pesan-pesan yang harus kita refleksikan. Pesan-pesan dari sebuah mitos diketahui dari penceritaannya. Pandangan seperti inilah sebenarnya yang membuat orang hingga kini masih selalu berusaha mencari dan menggali pesan-pesan yang dianggap ada dibalik mitos tersebut.
Senggulat Mbacang adalah salah satu mitos pada masyarakat karo, yang menyampaikan berbagai pesan-pesan yang abstrak. Setiap manusia mempunyai nalar yang berbeda-beda untuk menemukan makna dan pesan dari sebuah mitos. Mari kita gali dan refleksikan makna dan pesan yang terkandung dari mitos senggulat mbacang.
Dahulu cerita ini selalu dituturkan dari mulut ke mulut oleh para orang tua atau para penutur untuk mengingatkan akan arti kesetiaan dan janji yang harus senantiasa dipegang teguh sampai kapanpun. Sayangnya generasi sekarang banyak yang belum mengetahui cerita ini karena derasnya arus globalisasi melanda hehidupan mereka ditambah lagi, keberadaan penutur yang sudah semakin langka.


4.2. Deskripsi Lokasi
Penyelengaran tugas akhir ini akan dipergelarkan di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) Medan dengan mengambil ruang tertutup (gedung).tempat tersebut merupakan kantong kesenian sebagia tempat proses kreativitas seniman baik tradisi dan non tradisi. Ujian akan diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus 2009, pukul 19.30 Wib sampai selesai. Denah lokasi pertunjukan akan dilampirkan pada bimbingan berikutnya.
4.3. Penataan Pentas
Penataan pentas memakai sistem diatas panggung. Intrumen pendukung karya diletakkan dan diatur kemudian .gambar penataan pentas akan dilampirkan pada bimbingan berikutnya.

4.4. Durasi Karya.
Durasi komposisi musik Senggulat mbacang akan diselenggarakan selama 60 menit. Merupakan rangkaian komposisi yang saling terkait dalam pergelararan komposisi ini tidka ada jeda, menit pertama sampai akhir saling menyambung namun akan dapat dibedakan dari bagian dan subbagian masing-masing komposisi.
Komposisi ini terdiri dari empat bagian yang masing-masing memiliki durasi yang berbeda, sehingga dari keseluruhan karya bedurasi 60 menit.



4.5. Susunan Acara
Susunan acara dalam pergelaran ini dimulai dari pembukaan yang dibawakan oleh pembawa acara, kemudian pembacaan sinopsis dan pergelaran karya. Sinopsis akan dibacakan hanya setelah pembukaan pergelaran karya.
Pergelaran ini dipersembahkan kepada seluruh kalangan masyarakat untuk mendengar dan menyaksikan.


4.6. Pendukung Karya
Komposisi Senggulat mbacang melibatkan beberapa pendukung antara lain
- Group Incidental Musik sebanyak 9 orang
- Gesek 11 orang
- Tiup 3 orang
- Perkusi 10 orang
Nama-nama pendung karya musik Senggulat Mbacang akan dilampirkan pada bimbingan berikutnya.



DAFTAR ACUAN

Pps ISI Surakarta, (2007-2008) Perkuliahan Penciptaan Seni Musik semester
I sampai III.

Kumalo, Tarigan (2006) Mangmang: Analisis dan Perbandingan Senikata
dan Melodi Nyanyian Ritual Karo di Sumatera Utara. Skripsi S2,
Etnomusikologi Universitas Sains Malaysia.

Prinst, D. & Prinst, D.(1985). Sejarah dan Kebudayaan Karo. Jakarta: CV.
Irama.


Audio

1. Djasa Tarigan............................ Kulcapi
2. Ngalemisa br Ginting.................Katoneng-katoneng


Wawancara

Nama : Renceng Thomas Ginting
Umur : 60 Tahun
Alamat : Desa Barus Jahe, Kec Barus Jahe.

Nama : Djasa Tarigan
Umur : 50 Tahun
Alamat : Komplek Lona Garden Medan

Nama : Kumalo Tarigan
Umur : 50 Tahun
Alamat : Etnomusikologi USU Medan





DAFTAR ISTILAH (GLOSARIUM)

LAMPIRAN


Biodata Pencipta


Nama : Pulumun Petrus Ginting S.Sn.

Tempat/Tgl Lahir : Barusjahe, Sumatera Utara 11 Mei 1971

Alamat : Jl. Mesjid Syuhada No. 16 Psr VI Padang

Bulan Medan 20131 INDONESIA

Nama Ayah : Renceng Thomas Ginting (Alm)

Nama Ibu : Lelem Br Sembiring

Nama Istri : Ely Br Sitepu

Nama Anak : Fillinlife Fransiskus Ginting



II. PENDIDIKAN



1. SD Negeri 3 Tiga Jumpa 1978 -1984

2. SMPNegeri Tiga Jumpa 1984 – 1987

3. SMM Negeri Medan 1987 – 1991

4. Universitas HKBP Nommensen 1991 – 1998

5. Samba-likhaan : The Asian School of Music, Worship and Arts. Attended

6. One Year of Studies, Quezon City – Metro Manila, Philippines 2001 – 2002

7. Pascasarjana ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta 2007 - 2009



[1] Katoneng-katoneng : Sebuah cerita yang diungkapkan melalui nyanyian, yang sampai sekarang dinyanyikan untuk acara-acara adat pada masyarakat Karo. Ungkapan atau isi hati ini dinyanyikan dengan syair yang spontanitas, jenis nyanyian ini dinyanyikan juga oleh orang tua yang hendak menidurkan anaknya.

Minggu, 15 Maret 2009

Balobat


Inilah alat musik Karo yang disebut dengan balobat. Selanjutnya akan saya jelaskan pada hari mendatang. Tq

Senin, 02 Maret 2009

BIODATA SEMENTARA

RIWAYAT HIDUP



I. DATA PRIBADI


Nama : Pulumun Petrus Ginting S.Sn.

Tempat/Tgl Lahir : Barusjahe, Sumatera Utara 11 Mei 1971

Alamat : Jl. Mesjid Syuhada No. 16 Psr VI Padang

Bulan Medan 20131 INDONESIA

Nama Ayah : Renceng Thomas Ginting (Alm)

Nama Ibu : Lelem Br Sembiring

Nama Istri : Ely Br Sitepu

Nama Anak : Fillinlife Fransiskus Ginting



II. PENDIDIKAN



1. SD Negeri 3 Tiga Jumpa 1978 -1984

2. SMP Negeri Tiga Jumpa 1984 – 1987

3. SMM Negeri Medan 1987 – 1991

4. Universitas HKBP Nommensen 1991 – 1998

5. Samba-likhaan : The Asian School of Music, Worship and Arts.
Attended

6. One Year of Studies, Quezon City – Metro Manila, Philippines 2001 –
2002

7. Pascasarjana ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta 2007 - 2009
8.


II. PENGALAMAN BEKERJA



1. Tahun 1991 – 1998 Sebagai Guru tidak tetap di SMM (Sekolah Menengah Musik) Negeri Medan

2. Tahun 1993 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Program Studi Musik Jurusan Sendratasik FPBS IKIP dan FBS (UNIMED) Universitas Negeri Medan.

3. Tahun 1994 – 1997 Sebagai assisten Ben M. Pasaribu MA Mata Kuliah Perkusi Fak. Kesenian Universitas HKBP Nommensen Medan.

4. Tahun 1997 – 2001 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan Musik, Medan.

5. Tahun 1998 – 2001 Sebagai Sebagai Dosen tidak tetap di Fak. Kesenian Universitas HKBP Nommensen Medan.

6. Tahun 1999 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Tahun 1999 – 2001 Mengajar Gitar Klasik Mudika dan Remaka di St. Fransiskus Medan.

8. Tahun 2001 – 2002 ARTIST-IN-RESIDENCE FOR MUSIC at the Samba-Likhaan : The Asian School of Music, Worship and the Arts. Quezon City Metro Manila, PHILIPPINES.

9. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen di IPI (Institut Pastoral Indonesia) Filial Malang dan STP (Sekolah Tinggi Pastoral) St. Bonaventura. Delitua Sumatera Utara.

10. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

11. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan Musik, Medan.

12. Tahun 2002 – 2003 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan.

13. Tahun 2006 Mengajar Universitas Terbuka di Kabanjahe Sumatera Utara.

14. Tahun 2003 – Sekarang, Sebagai Dosen Tetap di UNIMED (Universitas Negeri Medan) MEDAN.



III. KARYA SENI YANG DIPENTASKAN


1.

2. Transisiku dipentaskan dalam Gladi – Pementasan Komponis Musik Taman Budaya Sumatera Utara 18 Nopember 1995.

3. Gurupuh dipentaskan dalam Young Composer’s Concert PPIA(Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Amerika) 16 Maret 1996

4. Mulai dipentaskan dalam Lesehan 4 Synthesizer Taman Budaya Sumatera Utara 29 Oktober 1997.

5. Ergimbur dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.

6. Nali enem sedalanen dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.

7. Ajak-Mengajak dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.

8. Gelisah dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.

9. Rengget dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.

10. Senggulat Mbacang dipentaskan dalam Teater Tutur Nusantara Taman Budaya Jambi, Oktober 2000.

11. Karo Dipentaskan dalam 2nd Riau Hitam Putih Internasional 2004 Pekanbaru, 22-25 Juli 2004.

12. Uis Mbiring Dipentaskan dalam Pagelaran Seni Tari & Seni Musik Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 15 Desember 2004.

13. Pasu-Pasu Dipentaskan dalam The 8th IMT-GT Varsity Carnival Universiti Sains Malaysia, PENANG 20-27 Agustus 2005.

14. Turang Dipentaskan dalam Special Peformance (TMII) Taman Mini Indonesia Indah 24 September 2005.

15. Ulih Latih Dipentaskan dalam Konser Paduan Suara Shalom GBKP Sei Batang Serangan Medan, 22 Oktober 2005.

16. Rukur Dipentaskan dalam New Musical Composition Taman Budaya Sumatera Utara, 29 Oktober 2005

17. Sura-Sura Dipentaskan dalam 4th Riau Hitam Putih Internasional Pekanbaru 20-22 Juli 2006

18. Rengget II Dipentaskan dalam Malam Budaya Indonesia SANA’A – YAMAN, 9 September 2006.

19. Simelungen Dalam Acara Indonesian Cultural Festival DOHA – QATAR 17 September 2006.

20. Perlajangen Dalam Acara Indonesian Cultural Night Darwin Entertainment Centra Northern Territory, AUSTRALIA, 25 November 2006

21. Rosari dipentaskan dalam Malacca Strait Jazz, Golden of Riau.Bandar Seni Raja Ali Haji Pekan Baru 29-30 Juni 2007.

22. Raleng Tendi Dipentaskan dalam BSF (Bengawan Solo Festival) di Balai Kota Surakarta Desember 2008.

23.


IV. EVEN-EVEN KESENIAN YANG PERNAH DIIKUTI


1.

2. “Trend Music 92” Karya Ben M. Pasaribu, 1992 di Stadiun Teladan Medan dan Pesta Mejuah-Juah Berastagi.

3. “Pesta Danau Toba XII” Parapat 1992.

4. “Rambak” Kolaborasi Seni Tradisional 8 Etnis Sumatera Utara, Nopember 1997 di Taman Budaya Sumatera Utara Medan.

5. “Festival Budaya Nusantara” Suara-suara Milenium 12-19 Oktober 1999 di TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta.

6. Perbahan Mbacang Senggulat Forum Teater se Sumatera 24-28 Oktober 2000 di Taman Budaya Jambi

7. Summer Workshop on Liturgy and Music Samba-Likhaan Foundation : The Asian School of Music, worship and the Arts Quezon City, 21-26 Mei 2001 Philippines.

8. World Music Karya Ben M. Pasaribu, 2007 di Takengon & Banda Aceh.

9.




V. KEGIATAN ILMIAH


1.

2. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Juli 2005.

3. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Januari 2006.

4. Pemakalah dalam Kegiatan Seminar & Lokakarya Pengajaran Seni Tari & Seni Musik Bagi Guru-guru SMP/SMA se-Kota Medan TBSU (Taman Budaya Sumatera Utara) Medan 25 November 2005.

5. Pemakalah dalam acara Pelatihan Teknik Vokal dan Dirigen Mamre Klasis Medan-Delitua. Sola Gratia Durin Simbelang 22 April 2006.

6. Pemakalah pada Seminar dan Workshop Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Padang 6-7 Mei 2006.

7. Peserta pada Kegiatan Seminar/ Pergelaran Musik Gitar dan Paduan Suara. Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 26 September 1992

8. Peserta pada Pengajaran dan Pemanfaatan Musik Tradisi Dalam Konteks Kepentingan Akademis FS USU Medan, 26-27 April 1999

9. Peserta pada Penataran/Lokakarya Pengembangan budaya Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan Ajar. FS.USU Medan 14-19 Februari 2000.

10. Peserta pada Lokakarya Standar Mutu Lulusan dan kurikulum Berbasis Kompetensi. Universitas Negeri Medan, 15 Juni 2004.

11. Peserta pada Kegiatan Pembinaan Sanggar Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara. Medan, 6 Januari 2005.

12. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Pemantapan Penyusunan Pedoman Skripsi FBS Universitas Negeri Medan 13-15 Oktober 2005.

13. Peserta pada Pelatihan Task Force Universitas Negeri Medan 29-30 Nopember 2006.

14. Peserta pada Seminar Nasional Pendidikan Kesenian Universitas Negeri Medan 6-7 Desember 2005.

15. Peserta pada Kegiatan Seminar Karya Komposisi Musik Modern Universitas HKBP Nommensen Medan. 15 Juni 2006.

16. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Perkuliahan Bermutu Universitas Negeri Medan 28-29 Juli 2006.

17.



VI. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


1.

2. Panitia pada Pesona Kampus 2005 : Senandung Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan, 29 September 2005.

3. Panitia pada Pembangunan Gereja St. Yohannes Don Bosco Sukajulu – Tigajumpa, Paroki Berastagi 2006.

4. Panitia pada Gebyar Senandung : Pahlawan Tanpa Jasa Universitas Negeri Medan, 2 Mei 2006.

5. Menjadi Juri pada (FKVG) Festival Koor dan Vokal Group tingkat SLTP/SMU-SMK se Kota Medan 11 April 2004.

6. Menjadi Juri pada Kontes Bintang Dangdut 2004. HDTI Medan 2 Juli 2004.

7. Menjadi Juri di berbagai Kompetisi/Pesta Paduan Suara dan Vokal Group yang diselenggarakan berbagai institusi yang ada di wilayah Sumatera Utara.

8. Beberapa kali menjadi pengawas SPMB di Medan.

9. Menjadi pelatih Paduan Suara dan Pelatih Musik Karo di berbagai instansi yang ada di wilayah Sumatera Utara.

10.

Rabu, 25 Februari 2009

Senggulat Mbacang..

Senggulat Mbacang..
Itulah rencana karya kompisisiku untuk penyelesaian program pasca Sarjana Penciptaan karya Seni di Institut Seni Indonesia, Solo.

Rencana akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2009 di Taman budaya Sumatera Utara..

Bagi saudara yang baca ini, silakan datang saja ya... gratis koq. Akan dihadiri Professor seni .... dari berbagai perguruan tinggi seni di Indonesia..

Salam
Pulu..

Senin, 23 Februari 2009

Pengalaman Seminggu dengan Limbeng

Selama seminggu ini aku bersama sdr. Limbeng benar-bvenar cuapek.., karena kamana-mana jalan terus... Oh... aku ingin pulang..

Pulang.....
pulang....

Pulu

Tentang Diriku..

Terlahir dengan nama Pulumun Petrus Ginting S.Sn. yang lahir di Barusjahe, Sumatera Utara pada tanggal 11 Mei 1971. Meskipun sekarang aku lebih sering tinggal di Barus Jahe, namun alamat suratku adalah di Jl. Mesjid Syuhada No. 16 Psr VI Padang Bulan Medan 20131 INDONESIA. Ayahku Renceng Thomas Ginting (Alm) dan Ibuku Lelem Br Sembiring, dan Istriku Ely Br Sitepu, serta anak tunggalku Fillinlife Fransiskus Ginting merupakan bagian dari hidupku yang tidak dapat aku lupakan selain adikku Bob King Sydney
Ginting dan Kakakku Erlykasta br Ginting serta abang iparku Abri Barus dan ketiga keponakanku Agung Prima Barugu Barus, Evyona Lorenta Br Barus juga Cindy Claudia Br Barus.

PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Tiga Jumpa 1978 -1984
2. SMP Negeri Tiga Jumpa 1984 – 1987
3. SMM Negeri Medan 1987 – 1991
4. Universitas HKBP Nommensen 1991 – 1998
5. Samba-likhaan : The Asian School of Music, Worship and Arts. Attended
6. One Year of Studies, Quezon City – Metro Manila, Philippines 2001 – 2002
7. Pascasarjana ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta 2007 - 2009


PENGALAMAN BEKERJA


1. Tahun 1991 – 1998 Sebagai Guru tidak tetap di SMM (Sekolah Menengah Musik) Negeri
Medan

2. Tahun 1993 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Program Studi Musik Jurusan Sendratasik
FPBS IKIP dan FBS (UNIMED) Universitas Negeri Medan.

3. Tahun 1994 – 1997 Sebagai assisten Ben M. Pasaribu MA Mata Kuliah Perkusi Fak. Kesenian
Universitas HKBP Nommensen Medan.

4. Tahun 1997 – 2001 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan Musik,
Medan.

5. Tahun 1998 – 2001 Sebagai Sebagai Dosen tidak tetap di Fak. Kesenian Universitas HKBP
Nommensen Medan.

6. Tahun 1999 – 2001 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Tahun 1999 – 2001 Mengajar Gitar Klasik Mudika dan Remaka di St. Fransiskus Medan.

8. Tahun 2001 – 2002 ARTIST-IN-RESIDENCE FOR MUSIC at the Samba-Likhaan : The
Asian School of Music, Worship and the Arts. Quezon City Metro Manila, PHILIPPINES.

9. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen di IPI (Institut Pastoral Indonesia) Filial Malang dan STP
(Sekolah Tinggi Pastoral) St. Bonaventura. Delitua Sumatera Utara.

10.Tahun 2002 – 2007 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.

11. Tahun 2002 – 2007 Sebagai Guru Gitar Klasik di MMS (Melodi Musik Studio) Medan
Musik, Medan.

12. Tahun 2002 – 2003 Sebagai Dosen tidak tetap di Jurusan Sendratasik FBS Universitas
Negeri Medan.

13. Tahun 2006 Mengajar Universitas Terbuka di Kabanjahe Sumatera Utara.14. Tahun 2003 –
Sekarang, Sebagai Dosen Tetap di UNIMED (Universitas Negeri Medan) MEDAN


KARYA SENI YANG DIPENTASKAN

1.

2. Transisiku dipentaskan dalam Gladi – Pementasan Komponis Musik Taman Budaya Sumatera Utara 18 Nopember 1995.
3. Gurupuh dipentaskan dalam Young Composer’s Concert PPIA(Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Amerika) 16 Maret 1996
4. Mulai dipentaskan dalam Lesehan 4 Synthesizer Taman Budaya Sumatera Utara 29 Oktober 1997.
5. Ergimbur dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
6. Nali enem sedalanen dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
7. Ajak-Mengajak dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
8. Gelisah dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
9. Rengget dipentaskan dalam Resital Komposisi Musik Universitas HKBP Nommensen 21 November 1998.
10. Senggulat Mbacang dipentaskan dalam Teater Tutur Nusantara Taman Budaya Jambi, Oktober 2000.
11. Karo Dipentaskan dalam 2nd Riau Hitam Putih Internasional 2004 Pekanbaru, 22-25 Juli 2004.
12. Uis Mbiring Dipentaskan dalam Pagelaran Seni Tari & Seni Musik Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 15 Desember 2004.
13. Pasu-Pasu Dipentaskan dalam The 8th IMT-GT Varsity Carnival Universiti Sains Malaysia, PENANG 20-27 Agustus 2005.
14. Turang Dipentaskan dalam Special Peformance (TMII) Taman Mini Indonesia Indah 24 September 2005.
15. Ulih Latih Dipentaskan dalam Konser Paduan Suara Shalom GBKP Sei Batang Serangan Medan, 22 Oktober 2005.
16. Rukur Dipentaskan dalam New Musical Composition Taman Budaya Sumatera Utara, 29 Oktober 2005
17. Sura-Sura Dipentaskan dalam 4th Riau Hitam Putih Internasional Pekanbaru 20-22 Juli 2006
18. Rengget II Dipentaskan dalam Malam Budaya Indonesia SANA’A – YAMAN, 9 September 2006.
19. Simelungen Dalam Acara Indonesian Cultural Festival DOHA – QATAR 17 September 2006.
20. Perlajangen Dalam Acara Indonesian Cultural Night Darwin Entertainment Centra Northern Territory, AUSTRALIA, 25 November 2006
21. Rosari dipentaskan dalam Malacca Strait Jazz, Golden of Riau.Bandar Seni Raja Ali Haji Pekan Baru 29-30 Juni 2007.
22. Raleng Tendi Dipentaskan dalam BSF (Bengawan Solo Festival) di Balai Kota Surakarta Desember 2008.
23.


EVEN-EVEN KESENIAN YANG PERNAH DIIKUTI
1.
2. “Trend Music 92” Karya Ben M. Pasaribu, 1992 di Stadiun Teladan Medan dan Pesta Mejuah-Juah Berastagi.
3. “Pesta Danau Toba XII” Parapat 1992.
4. “Rambak” Kolaborasi Seni Tradisional 8 Etnis Sumatera Utara, Nopember 1997 di Taman Budaya Sumatera Utara Medan.
5. “Festival Budaya Nusantara” Suara-suara Milenium 12-19 Oktober 1999 di TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta.
6. Perbahan Mbacang Senggulat Forum Teater se Sumatera 24-28 Oktober 2000 di Taman Budaya Jambi
7. Summer Workshop on Liturgy and Music Samba-Likhaan Foundation : The Asian School of Music, worship and the Arts Quezon City, 21-26 Mei 2001 Philippines.
8. World Music Karya Ben M. Pasaribu, 2007 di Takengon & Banda Aceh.
9.

KEGIATAN ILMIAH

1.
2. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Juli 2005.
3. Monitoring pada Pelatihan Guru Kesenian Tingkat Nasional Pendidikan Seni Nusantara. Medan Januari 2006.
4. Pemakalah dalam Kegiatan Seminar & Lokakarya Pengajaran Seni Tari & Seni Musik Bagi Guru-guru SMP/SMA se-Kota Medan TBSU (Taman Budaya Sumatera Utara) Medan 25 November 2005.
5. Pemakalah dalam acara Pelatihan Teknik Vokal dan Dirigen Mamre Klasis Medan-Delitua. Sola Gratia Durin Simbelang 22 April 2006.
6. Pemakalah pada Seminar dan Workshop Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Padang 6-7 Mei 2006.
7. Peserta pada Kegiatan Seminar/ Pergelaran Musik Gitar dan Paduan Suara. Taman Budaya Sumatera Utara Medan, 26 September 1992
8. Peserta pada Pengajaran dan Pemanfaatan Musik Tradisi Dalam Konteks Kepentingan Akademis FS USU Medan, 26-27 April 1999
9. Peserta pada Penataran/Lokakarya Pengembangan budaya Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan Ajar. FS.USU Medan 14-19 Februari 2000.
10. Peserta pada Lokakarya Standar Mutu Lulusan dan kurikulum Berbasis Kompetensi. Universitas Negeri Medan, 15 Juni 2004.
11. Peserta pada Kegiatan Pembinaan Sanggar Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara. Medan, 6 Januari 2005.
12. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Pemantapan Penyusunan Pedoman Skripsi FBS Universitas Negeri Medan 13-15 Oktober 2005.
13. Peserta pada Pelatihan Task Force Universitas Negeri Medan 29-30 Nopember 2006.
14. Peserta pada Seminar Nasional Pendidikan Kesenian Universitas Negeri Medan 6-7 Desember 2005.
15. Peserta pada Kegiatan Seminar Karya Komposisi Musik Modern Universitas HKBP Nommensen Medan. 15 Juni 2006.
16. Peserta pada Seminar dan Lokakarya Perkuliahan Bermutu Universitas Negeri Medan 28-29 Juli 2006.
17.


PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1.
2. Panitia pada Pesona Kampus 2005 : Senandung Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan, 29 September 2005.
3. Panitia pada Pembangunan Gereja St. Yohannes Don Bosco Sukajulu – Tigajumpa, Paroki Berastagi 2006.
4. Panitia pada Gebyar Senandung : Pahlawan Tanpa Jasa Universitas Negeri Medan, 2 Mei 2006.
5. Menjadi Juri pada (FKVG) Festival Koor dan Vokal Group tingkat SLTP/SMU-SMK se Kota Medan 11 April 2004.
6. Menjadi Juri pada Kontes Bintang Dangdut 2004. HDTI Medan 2 Juli 2004.
7. Menjadi Juri di berbagai Kompetisi/Pesta Paduan Suara dan Vokal Group yang diselenggarakan berbagai institusi yang ada di wilayah Sumatera Utara.
8. Beberapa kali menjadi pengawas SPMB di Medan.
9. Menjadi pelatih Paduan Suara dan Pelatih Musik Karo di berbagai instansi yang ada di wilayah Sumatera Utara.10.

Pelatihan Vokal

TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA

PULUMUN P. GINTING S.SN

STAF PENGAJAR DI JURUSAN SENDRATASIK PROGRAM STUDI SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIMED


DALAM ACARA

” PELATIHAN TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN”

MAMRE KLASIS MEDAN DELITUA

22 APRIL 2006

SOLA GRATIA DURIN SIMBELANG

TEKNIK VOKAL DAN DIRIGEN DALAM PADUAN SUARA

Oleh

PULUMUN P. GINTING S.Sn.

Staf Pengajar di Jurusan Sendratasik Program Studi Seni Musik

Fakultas Bahasa dan Seni

UNIMED

1. PENDAHULUAN

Kesenian merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang diwariskan kepada kita. Kesenian-kesenian tersebut memiliki keaneka ragaman seperti seni rupa, seni lukis, seni tari, sampai pada seni tarik suara. Sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengembangkan seni baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga ditengah masyarakat yang berwawasan luas akan muncul karya-karya seni yang bernilai tinggi.

Salah satu kesenian yang sangat berkembang pada saat ini adalah seni tarik suara,seperti paduan suara. Paduan suara merupakan sekumpulan penyanyi yang mengungkapkan nyanyian-nyanyian secara bersama-sama. Seiring perkembangan jaman yang semakin modern, paduan suara pun bergerak cepat dan sering sekali diikutsertakan di dalam berbagai kegiatan, seperti acara wisuda, upacara perkawinan, upacara kematian, hari-hari besar agama, ibadah-ibadah umun, festival- festival, sampai pada pesta paduan suara gerejawi.

Tidak heran apabila dewasa ini semakin banyak bermunculan kelompok-kelompok paduan suara diberbagai kalangan, mulai dari paduan suara anak, remaja, pemuda-pemudi, hingga dewasa. Hal ini dapat kita saksikan sendiri lewat berbagai festival atau kegiatan lainnya. Namun setiap kelompok-kelompok paduan suara tersebut tidak terlepas dari adanya seorang pimpinan yang lazim disebut sebagai dirigen (conductor) yang memberi aba-aba pada setiap gerakan dalam kelompok paduan suara yang dipimpinnya. Sebab tanpa adanya seorang pemimpin, lebih besar kemungkinan nyanyian itu jadi berantakan.

Untuk itu, sebaiknya seorang dirigen harus dilengkapi dengan kemampuan bernyanyi, teori musik, ilmu harmoni, sejarah musik serta mampu menganalisis musik dengan baik, sehingga ia telah memiliki wawasan yang luas tentang musik. Hal ini yang membuat saya di undang untuk memberikan pelatihan ” Teknik Vokal dan Dirigen ” oleh Mamre klasis Medan- Deli Tua yang dilaksanakan pada 22 April 2006 yang di Sola Gratia Durin Simbelang.

Keberhasilan dan ketidak berhasilan kelompok paduan suara di dalam penampilannya, sangat ditentukan oleh kemampuan dirigen di dalam menguasai tugasnya sebagai pemimpin. Karena dibawah pimpinen dirigenlah kelompok paduan suara itu mampu mencapai maksud ataupun tujuan suatu karya musik.

2. VOKAL

A. Pengucapan

Musik yang dilakukan dengan suara manusia disebut vokal atau vokalia. Untuk dapat bernyanyi dengan baik harus menguasai pengucapan, pernapasan, sikap sewaktu bernyanyi, frasering dan pembawaan lagu ( interpestasi ). Penguasaan akan hal-hal tersebut hanya mungkin dengan latihan yang teratur dan diulang-ulang. Pengucapan atau lebih populer disebut diksi dan artikulasi adalah dua sokoguru untuk bernyanyi dengan baik. Syarat pokok untuk memperoleh hal itu, harus membuka mulut lebar-lebar. Rahang bawah diturunkan sejauh mungkin.

Pengucapan ” A ” mulut dibuka kira-kira selebar dua jari masing-masing dan lidah ditarik ke dalam.

Pengucapan ” E ” mulut dibuka lebih kecil dari pengucapan ” A ” dan dilebarkan kesamping.

Pengucapan ” I ” Bentuk mulut hampir sama dengan pengucapan ” E ”, hanya bibir lebih dirapatkan.

Pengucapan ” O ” Mulut dibuka lebar, kedua bibir membentuk bulatan dan lidah ditarik ke dalam.

Pengucapan ” U ” Mulut dibuka lebih kecil dari pengucapan ” O ”.

B. Pernapasan

Pernapasan yang biasa dilakukan manusia terdiri dari pernafasan aktif dan pernapasan pasif. Pernapasan aktif dilakukan dengan sengaja atau dilatih misalnya untuk bernyanyi dan berbicara. Pernafasan pasif dilakukan tanpa sadar. Misalnya sewaktu tidur dan istirahat. Ada dua cara untuk melatih pernapasan. Pertama, napas ditarik perlahan-lahan , lalu ditahan dan kemudian dikeluarkan dengan perlahan-lahan juga. Kedua, dengan mulut tertutup napas ditarik ( duhirup ) melalui hidung hingga terasa penuh. Kemudian dilepaskan lewat mulut secara perlahan-lahan seakan-akan menyebutkan huruf ”f” atau ”s”.

Dalam bagian ini kita akan bicarakan metode pernapasan. Dilihat dari penggunaan organ tubuh pernapasan aktif yang telah disebut diatas terdiri dari tiga jenis, yaitu pernapasan tulang selangka ( claviculair ), pernapasan dada ( casto abdominale ), dan pernapasan perut ( abdominale ).

Cara yang dipakai untuk bernyanyi adalah pernapasan dada, karena dapat melatih dan menahan napas lebih panjang dan lebar disamping lebih baik untuk kesehatan dan bentuk tubuh.

Pernapasan tulang selangka menggunakan iga-iga atas, sehingga tulang selangka ditarik keatas sedangkan tulang dada hanya dibagian bawah., karena rongga bagian atas saja bergerak menjadi lebar. Tenaga lebih banyak tetapi hasilnya hanya sedikit, sebab udara hanya sedikit akibatnya cepat lelah. Metode ini tidak baik untuk bernyanyi, akibatnya sangat buruk, suara menjadi serak dan dapat menimbilkan penyakit paru-paru.

Pernapasan perut, sekat rongga badan ditarik lalu melepas isi perut dan menekan kebawah, sedang lingkar perut mengembang kedepan. Kekuatan untuk menahan napas tidak ada, akibatnya udara hanya sedikit masuk ke dalam paru-paru.

3. EKSPRESI MUSIKAL

A. Tempo

Untuk mengukur tempo atau kecepatan lagu yang akan dinyanyikan digunakan sebuah metronom yaitu sebuah alat berbentuk piramid dengan penunjuk jarum yang dapat bergerak bolak-balik kekiri dan kekanan didepan sebuah skala. Pada jarumnya dipasang sebuah besi yang dapat digesar keatas atau kebawah. Jika digeser keatas, jarumnya akan bergerak lebih lambat dan jika digeser kebawah jarumnya akan bergeser lebih cepat.

Metronome Maelzel ( 1815 ) M.M adalah singkatan dari penemu alat tersebut. Pada permulaan lagu biasanya ditulis M.M = 100 atau dengan angka yang lain yang di dahului oleh M.M. Apabila metronom tidak ada, dapat juga kita hitung kecepatan sebuah lagu. Misalnya lagu Indonesia Raya dengan M.M.=104 atau tempo dimarcia, artinya dalam satu menit dinyanyikan 104 buah not seperempat atau 104 ketukan dalam satu menit.

B. Tanda Dinamik

Tanda dinamik menunjukkan keras lembutnya lagu dinyanyikan untuk mewujudkanwatak dan jiwa sebuah lagu atau musik. Pada hakekatnya hanya dua istilah pokok untuk tanda dinamik yaitu forte disingkat ” f ” yang berarti kuat dan piano yang disingkat ” p ” berarti lembut. Tingakat kekuatannya ditentukan oleh banyak huruf tersebut, dengan ketentuan bahwa singkatan tanda dinamik itu dituliskan dengan huruf kecil.

Jenis-jenis tanda dinamik yang lazim dipergunakan dalam paduan suara adalah :

1. mp : mezzo piano : agak lembut

2. p : piano : lembut

3. pp : pianissimo : sangat lembut

4. ppp : pianissisimo : selembut-lembutnya

5. mf : mezzo forte : agak kuat

6. f : forte : kuat

7. ff : fortissimo : sangat kuat

8. fff : fotissisimo : sekuat kuatnya

9. Cressendo : makin lama makin kuat

10. Decressendo : makin lama makin lembut.

4. DIREKSI KOOR

Direksi koor atau conducting artinya petunjuk atau cara bernyanyi bersama-sama. Direksi berasal dari kata ” direktion” (Inggris) artinya petunjuk atau cara, sedang koor artinya bernyanyi bersama-sama atau paduan suara. Untuk bernyanyi bersama-sama dalam jumlah besar memerlukan pimpinan untuk menyatukan derap lagu. Sebab tanpa pimpinan lebih besar kemungkinan nyanyian itu jadi berantakan. Pemimpin koor atau orkes disebut dirigen atau conductor.

A. Dirigen atau Conductor

Seorang dirigen atau conductor haruslah seorang yang rajin berlatih dan mencari pengalaman melalui praktek. Oleh karena tugas seorang dirigen sangat berat, ia harus memiliki syarat-syarat tertentu supaya tugasnya berhasil dengan baik. Seorang dirigen seharusnya memiliki ketahanan jasmani yang tangguh, memiliki sikap yang simpatik, memiliki sifat kepemimpinan, memiliki pengetahuan dan keterampilan muasik, memiliki daya imajinasi yang baik dan juga menguasai cara-cara latihan yang efektif.

Seorang dirigen adalah seniman interpretatif sekaligus sebagai seniman reproduktif atau seniman memproduksiksn kembali sebuah komposisi. Seorang seniman reproduktif (dirigen ) berada diantara seniman produktif ( komponis ) dan publik, sebab dialah yang memimpin segala aktifitas paduan suara itu untuk mencapai tujuan sang komponis dalam komposisinya.

Sikap dan setiap gerak seorang dirigen hendaknya terarah pada ekspresi musik. Gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi para penyanyi atau publik harus dihindari. Beberapa sikap yang harus dijalankan seorang dirigen adalah, bersikap relaks. Untuk itu salah satu kaki sedikit maju ke depan untuk menyeimbangkan seluruh badan. Bagian atas dari badan sebaiknya bersikap tenang, pandangan mata ke semua anggota, jangan memperlihatkan rasa malu atau takut, dan banyak hal-hal lain yang masih perlu diperhatikan.

B. Teknik Memberi Aba-aba

Sebelum sebuah lagu dinyanyikan di dalam paduan suara inilah saat yang harus penuh konsentrasi bagi seorang dirigen. Beberapa aba-aba dasar yang harus diketahui aleh seorang dirigen antara lain ialah, dirigen harus memusatkan perhatian terhadap paduan suara atau koor yang akan dipimpinnya. Dirigen juga hrus menguasaidan mampu mengungkapkan jiwa lagu yang akan disajikan dan dirigen harus mampu memeksa anggota koor untuk mememperhatikan dirinya, agar aba-aba sekecil apa pun dapat dimengerti oleh anggota koor.

Dirigen mempunyai otoritas penuh di dalam paduan seuara ataupun koor, kerena itu seorang dirigen harus mempunyai keinginan yang menarik, dirigen tidak boleh mengikuti keinginen anggota koor atau pemain, namun merekalah yang harus mengikuti apa yang dikehendaki dirigennya.

C. Gerakan Pendahuluan.

Beberapa tahap atau langkah yang harus dikuasai dirigen dalam gerakan pendahuluan yaitu, konsentrasi atau sikap siap, gerakan pendahuluan, dan sikap saat mulai atau insetting. Gerakan pendahuluan adalah lanjutan dari sikap siap atau konsentrasi, anggota paduan suara atao koor masih memerlukan penjelasan tentang tempo, dinamik dan ekspresi sebelum mulai bernyanyi. Untuk itu perlu dibedakan tiga macam gerakan pendahuluan, insetting pada ketukan berat ( aksen ), insetting pada ketukan ringan ( birama gantung ), dan insetting diantara dua ketukan.

D. Gerakan Penutup

Untuk mengahiri sebuah lagu konsentrasi seorang dirigen masih harus sama ketika lagu mulai dinyanyikan. Aba-aba berlangsung terus sampai nada terakhir selesai dinyanyikan. Sesudah ketukan yang terakhir selesai dinyanyikan gerakantangan yang lebih sempit dan sebaiknya dilakukan hanya dengan telapak tangan jari saja. Aba-aba dalam ekspresi musikal ini tidak mutlak menjadi panutan karena masih banyak-ha-hal yang lebih spesifik yang harus diketahui oleh seornag dirigen yang baik, namun jika hal tersebut diatas sudah dikuasai saya yang seorang dirigen akan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

5. KESIMPULAN

Untuk memulai tugas seorang dirigen sebenarnya sudah dilengkapi dengan kemampuan vokal, teori musik, sejarah musik, analisa musik, sehingga dia telah memiliki wawasan yang luas mengenai musik. Artinya dirigen tidak hanya tahu membirama, tetapi dia harus sudah mampu dan memiliki ilmu musik yang memadai yang menjadi modal utama dalam tugasnya sebagai dirigen. Dari keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dirigen adalah orang yang menjadi pimpinan kelompok musik vokal, instrumental, ataupun gabungan antara musik dan vokal dimana anggotanya terdiri dari banyak orang.

Seorang dirigen yang dikatakan ahli dalam musik maupun vokal akan dapat menterjemahkan karya musik seorang komponis untuk disajikan kepada pendengar. Tentunya ia harus mengetahui banyak persoalan dan seluk-beluk mengenai musik. Untuk mewujudkan apa yang dikehendaki seorang komponis melalui karyanya , dengan cara memproduksi musik itu menjadi kenyataan yang berarti. Di dalam paduan suara / koor ataupun orkestra untuk meyanyikan dan memainkan lagu atau musik sangat tergantung pada seorang pimpinan atau dirigen. Itulah sebabnya bahwa dirigen sering disebut seorang seniman yang reproduktif.